Pages

Subscribe:

Footer3

Footer2

Footer1

Saturday, December 24, 2016

Jalan Baru (Last)

Bismillah.. .

 | |
Siapa yang tak menyangka.. Ketika semasa hidupnya yang dipenuhi dengan kesendirian, kini telah terwarnai dengan hadirnya sang "pelengkap hidup".

Dulu hanya bisa berandai-andai , akan indahnya sebuah ikatan. Dulu cuma bisa tersenyum sendiri sambil membayangkan seperti apa sosok yang akan menjadi penggenap diri.

Yang seperti itu kerap kali mengganggu sebagian pemuda yang didalam hatinya sudah mulai merasa cemas, gundah, gelisah dan bingung. Tidak sedikit kalimat tanya memutari kepala setiap saat seakan berotasi tiada henti. "Jodohku, Siapakah Dirimu?"

| |

Jalan Baru Bag-Akhir

Jawaban Aisyah . . . .
__
Kang Asep..
Ana memang sedang dilanda kegelisahan yang mendalam
Godaan syetan amat menyiksa

Ingin sekali hal ini berakhir, namun apa daya
Dan akhirnya sedikit  larut dalam godaan, maaf...
Anapun juga tak ingin menjadi sebab bertambahnya dosa, fitnah . . .

Saat ini ana sedang tidak dalam ikatan apapun dengan siapapun
Tetapi hati ini ingin segera memiliki Imam yang dapat membimbing ana

Sampai akhirnya ana memutuskan tiga hal..
Pertama mengajukan taaruf di majelis A
Kedua mengajukan taaruf di majelis B
Ketiga menunggu entah siapa yang melamar ana..

Bilamana kang Asep serius akan perkataan tadi..
Silahkan temui ayahku... __

Waktu seakan terhenti ketika membaca balasan darinya. Ini bisa menjadi akhir dari jalan hidupku sekaligus sebuah awal dari perjalanan yang sebenarnya. Siapa sangka lelaki payah 'seperti aku' ini mendapati jalan yang terbuka untuk melangkah. Ini sebagai bukti bahwa Allah selalu memberi kesempatan dan jalan akan sebuah niat baik.

Hari-hari berikutnya terasa lebih ringan kujalani, tak bisa dipungkiri bahwa penderitaan semenjak kemunculan Aisyah hingga obrolan terakhir yang kuanggap sebagai penentu itu telah mempengaruhi keseharianku. Setelah ini akan berbeda.

Aku harus bersiap-siap ketika nanti duduk bersama saling berhadapan dengan ayahnya. Tapi sejujurnya tidak ada yang kusiapkan, hari demi hari biasa dan normal. Rutinitas anak kuliahan sekaligus karyawan swasta sepertiku ini sedang dinanti momen tak biasa seumur hidupnya.

Bahkan sesuatu yang menggeser pikiranku setelah Aisyah adalah keadaan skripsiku. Pernah sekali terlintas dalam benak "Mungkinkah mahasiswa yang sedang skripsi menikah?"

Sebelum berhadapan dengan ayahnya, tentunya aku sudah mengutarakan hal ini kepada keluarga. Tidak  heran jika mereka terkejut. "Bagaimana mungkin anak lugu dan kuper sepertiku tiba-tiba minta menikah?" Menikah memang tidak sesederhana ketika diajukan, itulah ekspresi mereka terutama ibuku yang terlihat jelas dari raut wajahnya yang penuh arti dan sarat akan pengalaman.
Disaat itulah tantangan baru yang harus kulewati, aku harus sabar dan bisa meyakinkan mereka akan kesungguhan niat ini.

Kuutarakan semuanya pada mereka. Dengan cepat kakakku langsung menyambut baik, disusul ayahku dan yang tertisa ibuku.  Aku paham kenapa beliau tidak langsung memberi keputusan, pertanyaan yang terus muncul darinya menandakan akan kekhawatiran. "Nanti mau tinggal dimana?" "Gimana dengan kuliahmu?" Dan lain-lain.

Butuh beberapa sesi musyawarah untuk meyakinkan ibuku pada akhirnya. Aku utarakan hal penting ini bahwa untuk ibadah, menghindari dari perbuatan zina dan lain sebagainya.

Alhamdulillah Allah mudahkan, mereka merestui.

~
Berselang dua pekan setelahnya, hari itu kukendarai motor menuju kediamannya. Saat pertama kalinya bertamu sekaligus mengkhitbah di depan ayahmu.
Berlangsung singkat dan tiga hari kau memberikan jawaban.

Alhamdulillah

Setapak jalan panjang nan berliku didepan mata sudah terlihat. Berujung pada awal dari sebuah pelayaran tidak biasa. Sebagai nahkoda kelak, aku harus memilih satu dari sekian banyaknya sosok yang akan kupercaya untuk berlayar.

Dan aku memilihmu.

Dihari besar menuju ucapan akad, marilah sama-sama menjaga diri.

Aisyah..


Tamat



Coming Soon
Season 2...



Blogroll